Keadaan diplomatik dunia semakin terasa getir dengan semakin dekatnya hubungan antara Rusia dan . Kekhawatiran merembes dari sudut-sudut penting di Amerika Serikat, yang mulai memandang dengan khawatir perpaduan kekuatan dua negara besar tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, suasana khawatir dan serius tampak mengiringi kata-kata resmi Washington terkait hubungan yang tengah bergeliat antara Moskow dan Beijing.
Vedant Patel, juru bicara Kemenlu Amerika Serikat, memutarkan benang merah kekhawatiran ini ketika berbicara mengenai rencana pertemuan puncak antara pejabat negaranya dengan Jepang dan Korea Selatan yang diagendakan pada Jumat (18/8) mendatang.
Pertemuan ini direncanakan menjadi panggung utama bagi ketiga negara untuk menyoroti isu-isu yang menyangkut China. Namun, di balik rencana ini, muncul pertanyaan yang mengemuka, apakah pertemuan ini akan membawa dampak negatif terhadap upaya Amerika Serikat dalam membangun komunikasi kembali dengan China atau tidak.
“Kekhawatiran kami tidak berhenti di situ. China dan Rusia, dengan semua langkah yang mereka lakukan, semakin erat membentuk hubungan yang memunculkan pertanyaan,” ujar Patel, dalam pernyataan yang dilansir dari Russia Today pada Kamis (17/8).
Pernyataan Patel ini muncul beberapa hari setelah Kementerian Pertahanan Amerika Serikat mengirimkan armada kapal perusak berpeluru kendali sebagai respons atas kehadiran kapal-kapal milik China dan Rusia yang melintasi perairan Alaska.
Tak hanya dari lingkup eksekutif, keprihatinan ini juga mencuat dari beberapa anggota parlemen yang berasal dari Partai Republik. Latihan militer bersama antara China dan Rusia ini disebut sebagai tindakan provokatif. Senator asal Alaska, Sullivan, bahkan menyuarakan pandangan bahwa Washington harus menghadapi tindakan-tindakan otoriter ini dengan tegas.
Dalam menanggapi sorotan Amerika Serikat, China tampaknya enggan bergeming. Hingga saat ini, Beijing terus bersikukuh bahwa hubungan dengan Rusia hanyalah dalam kerangka kerja kerjasama ekonomi dan perdagangan yang normal, serta tak berdampak negatif pada negara-negara di seluruh dunia, termasuk Rusia.
Meski demikian, Kementerian Luar Negeri China tetap mempertegas bahwa hubungan bilateral dengan Moskow selalu berada dalam koridor yang baik dan tidak akan terjerembab dalam urusan-urusan yang mencampuri kepentingan negara lain.