Diam-diam, Ong Beng Seng, sosok konglomerat Singapura Terjerat Kasus Korupsi F1

Diam-diam, Ong Beng Seng, sosok konglomerat Singapura Terjerat Kasus Korupsi F1

Diam-diam, Ong Beng Seng, sosok konglomerat yang terkenal akan kemewahan dan kekayaannya, terseret dalam pusaran kasus korupsi penyelenggaraan Formula-1 (F1) Singapura. Kejadian ini mengejutkan warganet dan mencuri perhatian publik, terutama karena melibatkan Menteri Transportasi Singapura, S Iswaran.

Penangkapan Ong Beng Seng oleh pihak kepolisian setempat pada Selasa (11/7/2023) menambah kegaduhan yang sudah terjadi. Sebagai seorang pengusaha berusia 77 tahun, Ong adalah managing director, pemilik, dan operator dari Hotel Properties Limited (HPL), sebuah perusahaan terbuka yang berbasis di Singapura.

Namun, kabar terbaru yang dikutip dari The Guardian menyebutkan bahwa Biro Investigasi Praktik Korupsi Singapura (CPIB) telah membebaskan Ong dengan jaminan pada Jumat (14/7/2023). Hotel Properties Limited (HPL), perusahaan yang dimiliki oleh Ong, menyatakan bahwa Ong akan bekerja sama dengan badan antikorupsi untuk memberikan informasi terkait hubungannya dengan Iswaran.

OBS, nama lain untuk Ong Beng Seng, sebenarnya adalah seorang warga negara Malaysia yang kemudian pindah ke Singapura pada tahun 1950 bersama orang tuanya. Kecerdasan Ong sudah terlihat sejak dulu ketika ia berhasil memperoleh keuntungan jutaan dolar dengan memprediksi pergerakan harga minyak secara akurat ketika ia bekerja di Kuo International, sebuah perusahaan perdagangan minyak yang dimiliki oleh ayah mertuanya, Peter Fu Yun Siak.

Menurut laporan dari The Strait Times, Ong juga memiliki pengalaman bekerja di perusahaan pialang internasional sebelum akhirnya bergabung dengan Motor & General Underwriters Investment Holdings pada akhir 1960-an. Selama bergabung dengan perusahaan ayahnya, Ong berhasil meningkatkan pendapatan perusahaan dan mendapatkan modal untuk membiayai investasi dan pengembangan bisnis propertinya.

Berhasilnya Ong dalam bisnis ini akhirnya mendorongnya untuk mendirikan HPL pada tahun 1980 dan mengakuisisi sejumlah hotel dan properti. Perusahaan HPL kemudian secara resmi terdaftar di Singapura pada tahun 1982.

Tak hanya itu, istri Ong juga memiliki peranan penting dalam dunia bisnis. Ia menjalankan Como Hotels and Resorts, memimpin Klub 21 yang terkenal dalam industri ritel, serta menjadi pemilik merek tas tangan Mulberry yang terdaftar di London, Inggris.

Dengan kekayaan yang mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp15 triliun, Ong Beng Seng telah membangun kerajaannya sendiri. Namun, kasus korupsi yang melibatkan Ong kali ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, konglomerat ini juga pernah menjadi sorotan karena terlibat dalam kontroversi korupsi pada tahun 1996 yang mengguncang mantan Perdana Menteri (PM) M Lee Kuan Yew.

Namun, meskipun terjebak dalam kasus kontroversial ini, tidak bisa dipungkiri bahwa Ong Beng Seng tetap merupakan salah satu penggerak utama dalam membawa Formula 1 ke Singapura. Kontrak sebagai tuan rumah Grand Prix Formula 1 selama tujuh tahun ke depan telah ditandatangani pada tahun 2022, dan Ong memiliki hak atas Grand Prix Singapura. Ia memimpin sebagai promotor balapan GP Singapura hingga tahun 2028, dengan tanggung jawab bersama Badan Pariwisata Singapura.

Dalam penyelenggaraan ajang F1 ini, Ong akan bertanggung jawab sebesar 40%, sedangkan 60% sisanya akan dibiayai oleh Badan Pariwisata Singapura. Meski kasus korupsi yang menyeret Ong mengundang sorotan, tetapi hal ini tidak mengubah fakta bahwa dia tetap menjadi salah satu sosok kunci di balik keberhasilan Grand Prix Singapura.