Kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat seperti junk food, atau jajanan yang belum dapat dipastikan kebersihannya seperti cilok, gorengan dan lain sebagainya merupakan hal wajar yang biasa dilakukan banyak orang. Tetapi ternyata kesukaan terhadap makanan-makanan tersebut ternyata tidak hanya disebabkan oleh rasa yang terkandung di dalamnya melainkan melalui daya tarik dan bahaya yang terkandung di dalamnya.
Meski bukan makanan asli Nusantara, burger menjamur di Indonesia mulai di restoran besar hingga jajanan kaki lima yang mungkin ada di depan kantor tempat Anda bekerja. Ada ragam bentuk burger, mulai dari isi daging, hanya sayuran yang biasa dikonsumsi vegetarian dan yang sedang menjalani diet, campuran keduanya, dan modifikasi isi. Burger yang mengandung sayur bahkan menjadi saran yang baik agar anak-anak bisa menyukai sayur.
Burger disebut junk food atau makanan cepat saji yang secara harfiah berarti makanan sampah. Menurut Cambridge Dictionary, istilah junk food dijelaskan sebagai makanan yang tidak sehat untuk dikonsumsi, tetapi disajikan secara cepat dan mudah untuk dimakan.
Kandungan Burger
Daging memang memiliki manfaat sebagai sumber protein dan meningkatkan imun. Namun, Arina Heidyana, seorang dokter konsultan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin menyebut, tidak semua daging yang dipakai dalam burger sehat. daging cincang biasanya berasal dari berbagai bagian sapi yang tidak terpakai lalu diolah menjadi satu, seperti tulang rawan dan jaringan ikat sapi.
Daging campuran biasanya mengandung 3.000 sampai 4.000 miligram natrium. Jumlah ini yang melampaui rekomendasi batas maksimal yang ditentukan Food and Drug Administration (FDA) AS, yakni 1.500 sampai 2.300 miligram per hari.
Belum lagi, beberapa perusahaan makanan umumnya menggunakan berbagai zat aditif seperti natrium fosfat dan nitrat untuk mengawetkan dan memberi tekstur pada daging. Hal itulah yang menyebabkan daging menjadi kurang sehat untuk dikonsumsi, jika dibandingkan khasiat yang terkandung dalam sayuran.
Sementara Dennis Bruemmer, dokter jantung di Cleveland Clinic di Ohio, AS, menambahkan bahwa produk hewani bisa memiliki kadar garam yang tinggi, lemak dan kolesterol. Natrium dan kalori tinggi yang dihasilkan menghilangkan manfaat kesehatan dari sayuran pada burger. Dari peternak lokal yang bebas dari zat aditif dan hormon tambahan, atau setidaknya yang rendah lemak. Jika Anda mampu, sebaiknya menggantinya dengan jenis daging kaya sayuran.
Tak hanya daging, burger juga berbahan sayuran seperti selada, mentimun, bawang bombay, dan tomat, yang diketahui bergizi. Ternyata, keberadaannya masih belum tentu membuat burger masih sehat untuk dikonsumsi, meski daging sebagai bahan ditiadakan.
Alasan Burger Tidak Sehat
Terkadang sayur atau vegetables sering disalahartikan sebagai makanan yang bisa dikonsumsi untuk diet, terutama tentang burger veggie dan burger vegetarian. Tidak semua burger vegetarian sama. Beberapa dibuat dengan protein nabati (seperti protein kacang polong, tahu, kacang-kacangan) sementara yang lain dibuat dengan bahan pengisi [yang sebenarnya tidak begitu buruk] dan biji-bijian dan mungkin tidak mengandung banyak protein sama sekali. Walau burger vegetarian kerap disajikan menjadi alternatif daging, tetapi jumlah protein yang terkandung tidak sebanding.
Bahaya burger juga berasal dari rotinya yang tak selalu sehat. Banyak dari roti justru mengandung sekitar 20 bahan yang tidak biasa, seperti amonium klorida yang juga ada di bahan peledak, amonium sulfat yang biasa digukanan pada pupuk, dan bahkan ada yang ditemukan mengandung zat azodikarbonamida yang merupakan bahan pembuat alas yoga.
Dapat disarankan agar burger menggunakan bun roti sendiri yang resepnya mudah didapatkan, sehingga tidak mengandung bahan kimia yang tidak diperlukan. Selain itu, untuk pengganti pelengkap sajian burger seperti saus dan mayones, gunakan saus salsa atau saus mustard.