Menyanyikan lagu-lagu penuh emosi, Sinead O’Connor adalah seorang penyanyi yang mampu menyentuh perasaan jutaan penggemarnya. Namun, di balik sorotan panggung, ada cobaan yang mendalam yang membuatnya merasa terjebak. Agoraphobia, masalah mental yang melumpuhkan, telah menjadi teman tak diundang dalam hidupnya selama beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2020, dalam cuitan yang beredar di Twitter, Sinead mengungkapkan perjuangannya dengan agoraphobia ini. “Diam-diam saya hidup dengan trauma yang ‘melumpuhkan’ saya secara psikis selama beberapa tahun terakhir. Akhir-akhir ini saya tidak makan karena itu membuat saya sangat agorafobia,” tulisnya, seperti dikutip dari Page Six.
Agoraphobia sebenarnya adalah bagian dari gangguan kecemasan yang luas. Namun, seringkali kondisi ini disalahpahami sebagai sekadar ketakutan terhadap ruang terbuka. Padahal, agorafobia jauh lebih kompleks daripada itu.
Rasa takut yang hebat dapat muncul ketika seseorang merasa terjebak atau tidak dapat melarikan diri dari suatu tempat atau situasi. Beberapa orang bahkan merasa ketakutan untuk keluar dari rumah atau menjauh dari tempat yang dianggap “aman”.
Seperti gangguan kecemasan lainnya, agoraphobia terus mengganggu kehidupan penderitanya. Bahkan, beberapa orang dapat mengalami serangan panik yang menghancurkan. Atau, mereka dapat mengisolasi diri dan enggan meninggalkan rumah.
Keironis permasalahan ini, agorafobia juga bisa muncul sebagai akibat dari serangan panik sebelumnya. Misalnya, seseorang mengalami serangan panik di tengah mal dan kemudian takut untuk kembali ke sana karena khawatir serangan serupa akan terulang.
Gejala agoraphobia yang dialami Sinead O’Connor juga mencakup reaksi fisik yang intens. Berdasarkan Medical News Today, gejala-gejala ini bisa bervariasi dari yang ringan hingga yang parah.
Menurut manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental Edisi ke-5 (DSM-5), orang dengan agoraphobia akan merasa takut dalam situasi-situasi seperti menggunakan transportasi umum, berada di ruang terbuka, berada di ruang tertutup, berbaris, berada di keramaian, atau berada di luar rumah sendirian. Rasa takut ini seringkali disertai dengan ketakutan akan bahaya atau situasi darurat yang tidak dapat ditangani serta ketakutan akan tidak ada bantuan yang tersedia. Tak heran jika gejala ini dapat memicu serangan panik yang mencekam.
Detak jantung yang cepat, sesak napas, keringat berlebihan, nyeri dada, pusing, dan perasaan disorientasi adalah beberapa gejala yang dapat mengiringi serangan panik akibat agoraphobia.
Tak hanya itu, penderitanya juga cenderung menghindari situasi yang memicu ketakutan. Ini dapat mengubah pola perilaku mereka, bahkan menjauhkan mereka dari teman-teman terdekat.
Kehidupan Sinead O’Connor mungkin telah berakhir, tetapi kisahnya mengenai perjuangan melawan agoraphobia akan terus mengilhami banyak orang. Semoga semakin banyak kesadaran dan pemahaman tentang masalah mental ini sehingga kita dapat lebih peduli dan mendukung mereka yang berjuang melawannya. Kita perlu bersama-sama membangun lingkungan yang mendukung dan ramah bagi setiap individu yang menghadapi tantangan ini, agar mereka dapat meraih hidup yang lebih baik dan berarti.