Sebuah langkah kontroversial terjadi di dalam tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dikenal dengan sikap teguh terhadap soliditas internal. Pada Senin (21/8), Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mengumumkan sanksi terhadap salah satu kader utamanya, Budiman Sudjatmiko. Sanksi ini diambil sebagai respons atas tindakan kontroversial Budiman yang secara terbuka mendukung bakal calon presiden dari partai lain, Prabowo Subianto.
Hasto Kristiyanto, dengan tegas dan tegasnya, mengungkapkan, “Nanti, Pak Komarudin (Komarudin Watubun, Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP, Red) akan mengumumkan, yang jelas partai tidak mentolerir terhadap tindakan indisipliner setiap kader partai. Partai akan mengambil suatu tindakan yang tegas. Opsinya mengundurkan diri atau menerima sanksi pemecatan,” ucapnya dalam suasana Rapat Kerja Daerah (Rakerda) III DPD PDIP Kalimantan Timur di Balikpapan, pada hari Minggu.
Momentum ini kemudian menjadi ajang bagi Hasto untuk menggarisbawahi prinsip etika politik PDIP dalam merekrut dan membangun kader. Baginya, setiap kader yang bergabung dengan PDIP didasarkan pada semangat kesukarelaan, sebuah tekad tulus untuk berkontribusi, dan bukan karena godaan atau rayuan dari luar.
Namun, dalam konteks ini, meski kontroversial, Budiman Sudjatmiko telah melangkah keluar dari koridor tersebut. Ia mengambil sikap mendukung Prabowo Subianto dalam acara yang diberi nama “Prabu Bersatu” di Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (18/8). Pernyataan dukungan ini diungkapkan saat ia masih tercatat sebagai kader PDIP, sedangkan Prabowo adalah kandidat presiden yang diusung oleh koalisi Gerindra, PKB, Golkar, PAN, dan Partai Bulan Bintang (PBB) dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Dukungan Budiman ini bukanlah hasil kebetulan, melainkan produk dari pertemuan strategis antara Budiman dan Prabowo beberapa waktu sebelumnya. Pertemuan ini terjadi pada 18 Juli 2023 di Kertanegara, Jakarta, dan dalam waktu singkat, keduanya menemukan pandangan yang sejalan terhadap berbagai isu nasional.
Meski demikian, PDIP tidak tinggal diam setelah kabar pertemuan ini mencuat. Beberapa hari setelahnya, partai memanggil Budiman untuk memberikan penjelasan terkait pertemuannya dengan Prabowo. Melalui Komarudin Watubun, Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, partai hanya memberikan peringatan kepada Budiman tanpa menjatuhkan sanksi yang lebih berat.
Kontroversi ini tentu saja menggugah dinamika internal PDIP. Meskipun demikian, Hasto Kristiyanto tetap yakin bahwa partainya akan tetap solid dan terus mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden. Bahkan, dukungan dari PPP, Perindo, dan Hanura kepada Ganjar semakin mempertegas konsistensi langkah PDIP dalam bursa politik nasional. “Langkah-langkah itu malah akan menghasilkan suatu energi positif bagi pergerakan seluruh kader PDI Perjuangan,” tandas Hasto.