Bagi para penggemar genre balap mobil, sulit dipercaya jika tidak mengenal Gran Turismo. Game simulasi balap mobil yang sering disebut sebagai GT ini telah menjadi bagian penting dalam dunia gaming sejak tahun 1997 ketika pertama kali dirilis di konsol PlayStation. Kini, seiring berjalannya waktu dan masuk ke era PlayStation 5, permainan ini masih terus berkembang dan memberikan pengalaman yang luar biasa.
Namun, di balik popularitasnya sebagai game balap mobil realistis, Gran Turismo juga memiliki kisah luar biasa yang mungkin tidak semua orang tahu. Pada tahun 2008, developer PlayStation bersama pabrikan mobil Nissan membuat terobosan yang mengejutkan dengan mendirikan GT Academy. Ini bukan hanya sekadar kompetisi game, tetapi sebuah akademi balap mobil yang mencari dan melatih pemain Gran Turismo terbaik dari seluruh dunia untuk menjadi pembalap profesional di sirkuit-sirkuit terkenal.
Cerita luar biasa ini kemudian diabadikan oleh sutradara Neil Blomkamp dalam film yang mengangkat nama Gran Turismo. Namun, Blomkamp tidak hanya membuat adaptasi biasa, ia membuat film biografi yang membawa penonton masuk ke dalam perjalanan seorang pemuda berbakat, Jann Mardenborough. Diperankan dengan apik oleh Archie Madekwe, Jann adalah pemenang GT Academy 2011 saat usianya baru 20 tahun.
Prestasi ini membawanya ke dunia balap mobil yang sebelumnya hanya menjadi impian, termasuk berkompetisi dalam ajang paling bergengsi, The 24 Hours of Le Mans. Melalui film ini, Blomkamp menggambarkan perjuangan dan usaha keras Jann dalam meraih impian itu dengan sangat menginspirasi.
Namun, perjalanan Jann tidaklah mudah. Tumbuh sebagai pemuda yang menyukai balap mobil dan video game, ia selalu berhadapan dengan keraguan ayahnya, Steve Mardenborough (diperankan oleh Djimon Hounsou), seorang mantan atlet sepak bola. Ayahnya berharap Jann akan lebih menggemari sepak bola seperti adiknya, Coby Mardenborough (diperankan oleh Daniel Puig). Namun, semangat Jann dalam bermain game dan menjalani balap mobil tidak pernah padam. Hanya ibunya, Lesley Mardenborough (diperankan oleh Geri Halliwell), yang selalu mendukungnya.
Film ini juga mengambil penonton ke Tokyo, tempat seorang eksekutif marketing dari Nissan bernama Danny Moore (diperankan oleh Orlando Bloom) mengusulkan ide unik untuk meningkatkan penjualan mobil. Ia berencana merekrut calon pembalap melalui Gran Turismo dan melatih mereka di GT Academy. Moore yakin bahwa gamer memiliki potensi untuk menjadi pembalap handal yang bisa membawa nama Nissan bersinar di masa depan.
Moore akhirnya meminta bantuan Jack Salter (diperankan oleh David Harbour), seorang mantan pembalap yang kini menjadi mekanik mobil. Awalnya ragu, Jack akhirnya setuju setelah menghadapi perlakuan tidak adil dari pembalap lain. Mereka semua bersatu di GT Academy, dan melalui perjuangan dan latihan yang berat, membuktikan bahwa konsep GT Academy bukanlah omong kosong belaka. Jann menjadi bukti nyata kesuksesan konsep ini melalui performa luar biasanya.
Dalam film dengan durasi 134 menit, Neil Blomkamp berhasil menghadirkan cerita yang padat tanpa basa-basi. Perjalanan Jann dari seorang gamer biasa hingga pembalap profesional ditampilkan dengan jelas tanpa harus berlebihan dalam drama. Blomkamp juga menyisipkan beberapa easter egg dari game Gran Turismo, yang pasti akan membuat tersenyum para penggemar setianya.
Adegan balap dalam Gran Turismo digambarkan dengan sangat baik dan realistis. Tidak ada ledakan berlebihan atau slow motion yang berlebihan seperti di film-film serupa. Kechempakaian antara Jann, Slater, dan Moore memberi kehidupan pada film ini.
Blomkamp juga tidak lupa menghadirkan sentuhan drama yang hangat tentang hubungan antara orang tua dan anak. Semua elemen ini disajikan dengan seimbang tanpa mengganggu alur cerita utama.
Secara keseluruhan, Gran Turismo adalah film yang menghibur dan patut ditonton, baik oleh penggemar balap mobil maupun non-penggemar. Film ini telah tayang sejak Rabu (23/8) di bioskop-bioskop, jadi jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan kisah inspiratif ini.