Survei terbaru SMRC yang dirilis pada Kamis (6/7) melakukan simulasi beberapa tokoh sebagai bakal calon wakil presiden yang dipasangkan dengan Ganjar Pranowo. Beberapa nama yang disimulasikan antara lain Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, Sandiaga Uno, Said Aqil Siradj, dan Yahya Staquf. Simulasi pasangan Ganjar Pranowo dengan ketujuh nama tersebut menghasilkan persentase suara antara 29,9 persen hingga 33,9 persen.
Perbedaan angka tersebut masih dianggap sangat kecil jika dibandingkan dengan bakal calon presiden Prabowo Subianto yang disimulasikan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.
Namun, jika dibandingkan dengan bakal calon Presiden Anies Baswedan yang disimulasikan berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), terdapat perbedaan yang signifikan di bawah Ganjar Pranowo.
Pendiri SMRC, Saiful Mujani, mengatakan, “Tidak ada perbedaan lebih dari enam persen di antara pasangan-pasangan ini. Oleh karena itu, jika mempertimbangkan preferensi pemilih terhadap pasangan mana yang terbaik untuk Ganjar agar lebih kompetitif melawan Prabowo dan Muhaimin Iskandar, tidak ada perbedaan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya.”
Survei sebelumnya juga mencantumkan nama-nama bakal calon wakil presiden yang berpotensi menjadi pendamping Ganjar Pranowo sesuai dengan preferensi publik.
Erick Thohir menduduki posisi teratas dengan 19,4 persen, diikuti oleh Sandiaga Uno dengan 14,3 persen, dan Mahfud MD dengan 13,2 persen. Sedangkan Khofifah Indar Parawansa, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Airlangga Hartarto, Said Aqil Siradj, dan Yahya Cholil Staquf mendapatkan perolehan suara antara 8 hingga 2 persen.
Felly Ponto, seorang relawan Ganjar Pranowo di Surabaya, berharap bakal calon wakil presiden yang akan mendampingi Ganjar adalah sosok yang mampu bekerja sama dan mendukung program kerja yang akan dijalankan.
“Pada dasarnya, kami cenderung menunggu nama-nama yang muncul. Namun, ketika kami berdiskusi, nama Erick Thohir cukup sering muncul. Alasannya adalah karena dia mampu sejajar dengan Ganjar dalam bekerja. Selain itu, prestasinya sebagai menteri juga cukup baik dan mendukung pemerintahan Jokowi,” ujarnya.
Surokim Abdussalam, seorang pengamat politik dari Universitas Trunojoyo, Madura, menyatakan bahwa saat ini belum ada pasangan definitif antara bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden, sehingga belum dapat dibandingkan dalam hal keterpilihannya.
Menurut Surokim, keberadaan nama-nama tokoh yang muncul sebagai bakal calon wakil presiden tidak dapat dilihat hanya dari satu variabel saja, tetapi juga melibatkan perilaku pemilih, faktor demografis, psikografis, dan ekonomi politik atau pilihan rasional.
“Yang diperlukan dalam pasangan presiden-wakil presiden sebenarnya adalah kemampuan untuk saling melengkapi satu sama lain. Perlu diidentifikasi apakah ada calon yang mampu melengkapi kekurangan yang dimiliki oleh Ganjar. Dengan mengetahui kekurangan tersebut dan mampu menambalnya, itu akan menjadi penguatan,” ujar Abdussalam.